Antheiz

Menghidupkan Kembali Bahasa Moy

Sebagai anak kelahiran kabupaten Jayapura, khususnya di distrik Moy, kampung Maribu, saya merasa prihatin dengan nasib bahasa daerah kami—Bahasa Moy. Kendati kaya dan unik, bahasa ini menghadapi risiko kepunahan, sebuah fakta yang semakin diperparah oleh kurangnya keakraban generasi milenial dan Z terhadap bahasa ini. Bahkan, banyak di antara mereka yang sama sekali tidak mengenalnya.

Dalam konteks era digital yang serba cepat ini, kebanyakan orang lebih memilih mengakses informasi melalui perangkat digital seperti handphone atau laptop. Menangkap peluang ini, saya memutuskan untuk mengembangkan aplikasi kamus bahasa Moy yang interaktif dan mudah digunakan, sebagai upaya pelestarian bahasa daerah kami.

Sebelumnya, Balai Bahasa Papua telah mengambil langkah signifikan untuk melestarikan bahasa Moy. Pada tahun 2017, mereka menggandeng para tetua dari kampung Maribu untuk merilis kamus fisik bahasa Moy yang mencakup hampir 1000 kosakata. Namun, kamus ini tampaknya kurang menarik bagi generasi muda. Selain itu, website kamus bahasa Moy yang telah dibuat oleh Balai Bahasa Papua juga kurang ramah pengguna, sehingga kurang efektif dalam menarik minat masyarakat.

Mengidentifikasi kelemahan ini, saya merasa terdorong untuk menciptakan sebuah solusi berbasis teknologi: sebuah aplikasi kamus bahasa Moy yang modern dan ramah pengguna. Meski aplikasi ini masih dalam tahap akhir pengembangan, saya sangat berharap bahwa aplikasi ini dapat segera diluncurkan dan berkontribusi aktif dalam upaya pelestarian bahasa Moy. Dengan demikian, masyarakat di wilayah Moy, khususnya, dapat terhubung kembali dengan akar budayanya yang kaya dan berharga.