Sejak beberapa hari yang lalu, Youtuber terkenal asal Amerika Serikat yang dikenal dengan nama IShowSpeed datang ke Indonesia. Kedatangannya merupakan bagian dari tur Asia Tenggara. Jadi, selain ke Indonesia, ia juga sempat mengunjungi beberapa negara Asia Tenggara lainnya sebelumnya. Namun, kunjungannya ke Indonesia merupakan yang paling berkesan dalam karirnya sebagai streamer. Untuk pertama kalinya, ia berhasil mencapai 1 juta penonton secara live, mengalami peningkatan subscriber yang drastis, dan diperkenalkan dengan berbagai budaya Indonesia, khususnya budaya Jawa dan Bali.
Selain itu, Indonesia yang begitu luas dengan keberagaman budayanya membuat IShowSpeed menjalankan streaming tur yang terlama di Indonesia, yaitu sebanyak tiga kali streaming sejak tanggal 18 September. Tur tersebut dimulai dari Jakarta, kemudian Bali, dan diakhiri pada tanggal 21 September di Yogyakarta. Namun, di tengah keseruan tur ini, ada hal yang mengganjal dan sangat disayangkan masih terus terjadi di negeri ini, yaitu diskriminasi terhadap Papua.
Bagaimana ini bisa terjadi? Berikut kronologi singkatnya. Pada tanggal 20 September lalu, saat IShowSpeed hampir menyelesaikan streaming-nya di Bali, ia melakukan sebuah survei di media sosial Instagram, meminta pengikutnya untuk memilih kota mana yang ingin mereka lihat dikunjungi selanjutnya. Ada empat opsi dalam voting tersebut: Bandung, Yogyakarta, Surabaya, dan Papua (walaupun Papua adalah provinsi, bukan kota). Yang mengejutkan banyak pengikutnya adalah Papua mendapatkan suara terbanyak. Dalam 20 menit pertama, IShowSpeed sendiri terlihat terkejut bahwa Papua menjadi pilihan utama, dan ia terlihat sangat tertarik serta antusias untuk mengunjungi Papua.
Menjelang akhir streaming di Bali, IShowSpeed sempat bertanya kepada beberapa orang di lokasi tentang Papua, ia bertanya, “Where is Papua? Can I go there?” Lalu ada seorang yang menjawab, “Papua is similar with Africa.” Ketika IShowSpeed bertanya lebih lanjut, “In what way?” Orang tersebut menjawab, “There is black people also.” Jika kita menonton video tersebut, terlihat jelas bahwa setelah mendengar jawaban itu, IShowSpeed semakin tertarik untuk mengunjungi Papua.
Namun, sebelum streaming tersebut berakhir, sebuah hal memalukan dan mengecewakan terjadi. Banyak netizen Indonesia yang menulis di kolom chat streaming tersebut dengan mengatakan hal-hal negatif seperti, “Papua danger,” “Papua isn’t safe,” “Don’t go to Papua,” dan berbagai komentar bodoh lainnya. Komentar-komentar ini membuat IShowSpeed bingung, dan ia mulai mempertanyakan mengapa begitu banyak orang di chat mengatakan hal tersebut. Ia kemudian memberikan sebuah pernyataan yang sangat bijak, yang saya parafrasekan sebagai, “If you don’t come from this city, don’t give biased or fake information.” Sebuah pernyataan yang sangat tepat, dan seharusnya netizen yang menulis komentar negatif tersebut menyadari bahwa banyak dari mereka mungkin belum pernah menginjakkan kaki di kota atau kabupaten manapun di Tanah Papua.
Malamnya, salah seorang rekan IShowSpeed menulis sebuah tweet di platform X (dulu Twitter), meminta rekomendasi dari netizen mengenai siapa yang bisa menjadi pemandu tur mereka di Papua. Banyak saran yang diberikan, dua di antaranya adalah Mamat Alkatiri (komedian) dan 4kahar (Youtuber travel dengan channel Ale Wild yang sering membuat video tentang wisata di Papua). Namun, meskipun ada banyak saran positif, sayangnya masih ada juga komentar negatif tentang Papua yang terus muncul di kolom komentar.
Pada akhirnya, setelah banyak drama dan mungkin juga karena intervensi pihak lain, IShowSpeed memutuskan (atau diputuskan untuknya) untuk tidak jadi pergi ke Papua, dan mengalihkan kunjungannya ke Yogyakarta. Keputusan ini sangat mengecewakan, dan sekali lagi menunjukkan bagaimana Papua sering dianggap sebagai daerah yang tidak aman. Pertanyaannya adalah, sampai kapan stigma ini akan terus melekat? Apakah ketidakamanan terjadi di seluruh Papua? Tentu saja tidak. Hanya beberapa daerah konflik yang memang belum aman, itu pun berada jauh di pedalaman hutan dan pegunungan. Sedangkan Papua sendiri sangat luas, dengan banyak wilayah lain yang aman untuk dikunjungi. Namun, persepsi negatif yang terus dilontarkan oleh netizen Indonesia justru merugikan Papua dan warganya.
Padahal, kunjungan IShowSpeed ke Papua bisa menjadi momentum besar untuk mempromosikan potensi wisata Papua ke seluruh dunia melalui platform yang ia miliki. Dengan jumlah pengikut yang begitu besar, jangkauan IShowSpeed bisa memperkenalkan kekayaan alam dan budaya Papua kepada dunia. Namun, sayangnya, kesempatan ini terlewatkan karena stigma negatif yang masih melekat di benak banyak orang.
Sampai kapan Papua akan dianggap tidak aman oleh masyarakat Indonesia? Apakah hingga orang Papua sendiri hilang dari Tanah Papua? Jika Papua memang tidak aman, mengapa migrasi besar-besaran dari Pulau Jawa ke Papua terus terjadi sejak tahun 1980-an? Sungguh ironis. Pemikiran sempit dan tidak berdasar seperti ini justru merugikan Papua, bukan hanya dari segi pariwisata, tetapi juga dalam persepsi umum terhadap masyarakat Papua itu sendiri.